Kamar Gelap Fest dalam Jejaring

Restoration Club
6 min readJul 4, 2021
Crowdsurf di Kamar Gelap Fest. Photo credit: Ahyas Budi

Kamar Gelap Fest berhasil digelar dengan apik dan rapi. Sekalipun tidak diselenggarakan dalam skala yang besar, sangat lumrah jika pergelaran ini meninggalkan kesan tersendiri bagi audience-nya. Acara ini mungkin memang sudah diantisipasi banyak orang sejak awal pembukaannya melalui rangkaian Road to Kamar Gelap Fest yang dimulai sebulan sebelumnya. Sejak event Road to-nya terselenggarakan, cuilan-cuilan informasi tentang siapa-siapa saja yang akan mengisi kelas dan panggung Kamar Gelap Fest beredar dengan cepat. Mungkin ini adalah strategi tim produksinya untuk memancing rasa penasaran khalayak sampai mereka merilis pernyataan resmi.

Line up Kamar Gelap Fest tersusun dengan menarik. Melalui pamflet resmi yang disebarkan sejak seminggu sebelum acara, kita dapat melihat keanekaragaman yang termuat dalam acara berdurasi dua hari ini. Beberapa backstager berpengalaman dari beberapa divisi produksi panggung mengisi kelas untuk hari pertama Kamar Gelap Fest. Nama-nama seperti Wildan Ilmi, Rizqtsany ‘Sanco’, Rara Harumi, dan Angga ‘Black’ ditunjuk sebagai pemateri. Para pemateri ini pernah/masih terlibat dalam produksi panggung musisi-musisi high profile Malang hingga nasional seperti Iksan Skuter, Coldiac, Beeswax, Sal Priadi, hingga Silampukau dan masih banyak lagi.

Dari kiri: Wildan Ilmi, Angga ‘Black, dan Rara Harumi mendemonstrasikan proses produksi panggung. Photo credit: Ahyas Budi

Tim Kamar Gelap Fest seakan ingin terus memberikan tawaran yang sulit untuk ditolak. Di hari kedua acaranya, mereka menampilkan artis-artis veteran hingga pendatang baru potensial Malang, dari Iksan Skuter, Monohero, hingga NAN. To spice it up, Kamar Gelap Fest juga berhasil mendatangkan band yang bertahun-tahun tidak terlihat gerak-geriknya di panggung pertunjukan, yang dinanti banyak orang hingga penantian tersebut terkubur dalam-dalam, dan akhirnya terkabulkan melalui event musik marathon ini. Keberhasilan Kamar Gelap Fest mendatangkan My Beautiful Life dan I’m Sorry I’m Lost, jika boleh dibilang, adalah sebuah pencapaian tersendiri.

Sebenarnya ada banyak cara untuk mengulik apa saja yang terkandung dalam kamar Gelap Fest, selain kelas dan pertunjukannya sendiri tentunya. Susunan pengisi acara dalam pamflet beserta rundown-nya, jika diamati, mengindikasikan maksud tertentu yang disimpan oleh tim produksi. Salah satu personil Kamar Gelap memang menyatakan bahwa pengaturan huruf yang sama bagi semua artis dan rundown yang acak bertujuan untuk meniadakan strata artis yang biasanya berbentuk opening act — guest star secara kognitif baik bagi artisnya maupun bagi penonton.

Pamflet dan rundown Kamar Gelap Fest

“Jika batasan opener — guest star ini sudah gak ada, aku berharap artis-artis anyar ini bisa belajar tentang persiapan, attitude, sampai teknis produksi panggung dari musisi yang lebih senior secara langsung tanpa perlu merasakan gap lagi, seenggaknya di acara ini aja dulu”, tutur salah satu anggota tim Kamar Gelap Fest. Keinginan musisi-musisi baru untuk berkembang memang ada dan nyata, namun sering kali terbentur rasa sungkan jika dihadapkan pada seniornya. Sang senior pun terkadang memang tidak tahu bagaimana cara menyampaikan pengetahuan dan pengalamannya dengan baik. Semoga saja dengan peleburan artis dari beberapa generasi ini akan segera terlihat dampak yang diinginkan.

Acara yang terinspirasi oleh Zandari Festa Korea ini tampil layaknya oase di tengah gurun yang terik, ia muncul sebagai pelepas dahaga penikmat dan pelaku musik yang merindukan panggung pertunjukan yang jarang dijumpai selama pandemi. Tidak hanya sekadar hadir, Kamar Gelap Fest menunjukkan wujudnya sebagai event dengan persiapan dan konsep yang matang. Penggabungan kelas backstaging dan pertunjukan musik dalam waktu dua hari, panggung musik dengan menggunakan dua venue yang diisi oleh penampil secara bergantian di satu waktu, hingga penyelenggaraan acara yang tepat waktu dan minim kendala. Terlebih lagi, Kamar Gelap Fest yang sedemikian rapi ini diselenggarakan oleh Kamar Gelap dan MD Sound yang pada hakikatnya adalah vendor sound system, bukan event organizer.

Tim Kamar Gelap Fest yang bertugas di ticket booth. Photo credit: Lukman Hakim

Di balik hingar-bingarnya, Kamar Gelap Fest merupakan entitas yang tidak muncul secara tiba-tiba, ia memiliki keterkaitan dengan sejarah, jejaring, dan pergerakan skena musik di Malang. Organisator Kamar Gelap Fest, yaitu Kamar Gelap dan MD Sounds, merupakan vendor sound system yang berasal dari satu “perguruan”. Mayoritas personil kedua vendor ini pernah menempa ilmu di GKS Sound System, salah satu vendor sound system senior di Malang. Hubungan Kamar Gelap dan MD Sounds tidak hanya sebatas rekan seperguruan di GKS Sound System, di ranah akademis mereka adalah teman sekampus di Universitas Negeri Malang sejak tahun 2014. Hubungan ini memungkinkan terjadinya pertemuan yang intens sehingga iklim saling bantu di antara kedua vendor ini terbentuk dengan baik dari awal pergerakan Kamar Gelap sebagai vendor acara kampus, kemudian menjadi “vendor tetap” untuk Houtenhand yang legendaris itu, untuk Backline dan gigs-gigs lainnya, hingga akhirnya mereka bisa menjalin kolaborasi dalam Kamar Gelap Fest.

Pengisi acara dan pihak lain yang menjadi pendukung resmi Kamar Gelap Fest, mulai dari pembicara kelas backstaging, artis, hingga sponsor, juga berasal dari jejaring pertemanan yang terbentuk saat personil-personil dari Kamar Gelap dan MD Sounds berkecimpung di skena musik Malang selama bertahun-tahun. Tidak mengejutkan jika ternyata pertemuan mereka dengan para backstager pengisi kelas Kamar Gelap Fest, baik di balik layar panggung pertunjukan maupun di tongkrongan beberapa tahun lalu, dapat membawa mereka ke dalam satu acara bernama Kamar Gelap Fest ini. Beberapa orang yang terlibat di event ini juga merupakan bagian dari tim produksi panggung Iksan Skuter, tak heran jika musisi yang dikenal embongan ini menjadi salah satu pengisi, bahkan menjadi pembuka Kamar Gelap Fest. Belum lagi hubungan mereka dengan artis-artis lain, dengan orang-orang di luar kepengurusan Kamar Gelap dan MD Sounds yang akhirnya ikut turun gunung menjadi panitia. Kekoncoan Fest adalah nama lain dari Kamar Gelap Fest.

Suasana Kamar Gelap Fest di malam hari saat Beeswax tampil. Photo credit: Rexi

Membuat event dengan anggaran yang pas-pasan namun tetap mampu memperlakukan orang-orang di dalamnya dengan layak dengan mengandalkan pertemanan mungkin nampak mudah bagi sebagian orang. Tapi yang harus dipahami adalah, betapa banyak hal yang telah dikorbankan oleh orang-orang di Kamar Gelap Fest untuk hanya sekadar membangun jejaring pertemanan dan berhubungan baik selama bertahun-tahun. Waktu, tenaga, materi, ego, dan masih banyak hal lain yang tidak tercatat. Belum lagi ketika harus berhadapan dengan konflik yang penyelesaiannya perlu tenaga lebih banyak lagi. Hal-hal semacam ini memang tidak bisa dihindari dalam perjalanan seseorang di skena. Babak belur adalah konsekuensinya.

Memaparkan lebih banyak pengorbanan orang-orang ini akan membuat mereka nampak menjadi martir untuk ekosistem musik, dan rupanya itu tidak baik untuk dibiasakan. Mungkin memang sedari awal sosok pahlawan yang memikul semua beban itu tidak dibutuhkan. Babak belur itu sangat mungkin untuk dibagi-bagikan agar tidak terasa menyakitkan, dan bila ada cukup banyak orang, bisa saja yang kita terima hanya lecet-lecet kecil yang mudah untuk ditertawakan bersama.

Kamar Gelap Fest layak diberi apresiasi setinggi-tingginya. Acara ini telah menjadi bukti bahwa Kamar Gelap dan MD sounds, yang hakikatnya adalah vendor sound system, memiliki kemampuan untuk mengorganisasi acara dengan sangat baik. Pelibatan banyak pihak dalam acara ini, 32 sponsor, 3 media partner, 11 artis, 4 backstager, 2 kedai kopi, percetakan, desainer grafis, fotografer, videografer, dan masih banyak lagi lainnya, nampaknya sudah cukup untuk menegaskan bahwa Kamar Gelap Fest adalah salah satu sampel ideal kerja ekosistem musik. Namun semua ini tidak tercipta dalam waktu singkat, tim produksi Kamar Gelap Fest telah membangun pondasinya sejak dulu, dan bisa jadi secara tidak terduga turut membuka sedikit-sedikit jalannya menuju impian yang bernama Kamar Gelap Fest ini.

Perpindahan penonton dari venue Coffee Logic ke venue Manalagi

Iso lho ya, bikin acara dengan budget sing levelnya gak korporat, tetep dapat senangnya, tetep bisa memperlakukan arek-arek dengan layak, tetep konseptual, sekaligus memberi pengalaman yang baik buat penonton dengan mengandalkan kekoncoan. Ya duit memang perlu, tapi di acara ini gak gede kok, karena memang hampir semua kebutuhan terutama kebutuhan teknis sudah di-cover sama temen-temen kolaborator”. Tutur Lutfi Naufali, founder Kamar Gelap selepas acara.

Pesan untuk menjalin kolaborasi benar-benar ingin disampaikan dengan lantang oleh Kamar Gelap Fest, terutama di saat orang-orang serba kesulitan seperti sekarang. Menjadi kawanan rupanya memang cara terbaik untuk menghadapi pandemi sambil terus menghidupi mimpi-mimpi yang ada di ujung batas harapan itu. Sekalipun Kamar Gelap Fest sudah berlalu, pesan ini tetap akan digaungkan lewat produk-produk yang akan dirilis pasca acara dan didedikasikan penuh kepada kolaborator, artis, pengisi kelas, siapapun yang terlibat di Kamar Gelap Fest termasuk penonton. Mari kita saksikan apa yang akan dilakukan oleh orang-orang Kekoncoan Fest ini.

Artikel ditulis oleh shuttleark

--

--

Restoration Club

Kolektif dan media pengarsipan pergerakan seni muda-mudi Kepanjen, Kab. Malang | IG: @restorationclub.kpj